Translate

Senin, 08 Oktober 2012

PILIHLAH PEMIMPIN YANG KAYA


PILIHLAH PEMIMPIN YANG KAYA
Kasus hilangnya khas Aceh Utara yang ratusan milyar, kasus korupsi alat-alat kedokteran umum, kasus suap wisma atlet yang sekarang lagi panas diperbincangkan di ibukota, dan masih banyak kasus-kasus yang lain yang tidak mungkin penulis rincikan disini yang semakin hari semakin bertambah dan merajalela.
Penulis mengambil tema “pilihlah pemimpin yang kaya” yang pertama dikarenakan sebentar lagi kita  semua akan ikut memilih calon penguasa kita dan sangat diharapka untuk tidak salah memilih. Kedua arti pemimpin yang kaya disini bukan berarti pemimpin kaya akan harta bukan, tetapi maksud kaya disini adalah kaya akan segalanya, kaya aqidah, banyak ilmu dan harta.  Kategori banyak harta disini yaitu hasil dari jerih payahnya, kekayaan yang berasal dari ie ruoh droe keun dari ie ruoh rakyat (hasil keringat sendiri bukan hasil keringat rakyat). Dan jika pemimpin yang kita pilih nantinya benar-benar seorang yang berjiwa penguasa dan have everything, insyaallah Aceh yang kita cintai ini akan aman. SDM meningkat, pendidikan mantap, masyarakat akan tentram, syariat dan ibadat lancar. Bek oh takaloen peumimpin jinoe, bek tapeugaah pejabat tinggi, meu keuchik mantoeng hana toem deuh umuesjid (kalu kita perhatikan pemimpin sekarang, jangan kita bilang pejabat tinggi, pak RT saja tidak pernah ke masjid), nauzubillah.
   Namun, dikala kekayaannya tidak terjamin, maka penguasa yang miskin moral ini akan mencuri dan merampas uang rakyat. Percaya tidak, ini salah satu contoh dari sekian banyaknya kasus-kasus yang dimainkan oleh pejabat kita saat-saat ini. Kepala dinas kesehatan kota Lhoksemawe ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan korupsi alat-alat kedokteran umum senilai 4,48 milyar. Dengan logika yang sederhana, apa mungkin pejabat yang kaya itu mencuri uang rakyat. Semua itu dilakukan karena ada beberapa faktor, faktor yang yang terutama sekali yaitu hati, hati yang kotor, salat jarang plus imannya tipis, hasil survei membuktikan 99% orang yang sering meninggalkan salat cenderung berbohong, Allah saja dibohongin apalagi manusia, manusia kaya iman tidak pernah melakukan dosa kecil, apalagi dosa besar. Kedua, rayuan kelurga, anak dan istri yang sebelumnya belum pernah hidup mewah dan dikala suaminya jadi pejabat istrinya kepingin inilah itulah. Akhirnya, karna sudah kenak rayuan istri (perempuan), yang haram dijadikan halal yang penting mereka bahagia. Ketiga, hukumnya kurang tegas dan bias dikatakan tidak efisien, di indonesia hukuman penjara dituntut paling tinggi 20 tahun, dikurangi bayar denda ditambah remisi jadinya 2 tahun atau 4 tahun bahkan ada yang divonis bebas dan  yang ngeri lagi penjara untuk koruptor hampir sama kayak hotel, enaknya jadi koruptor. Itulah sebabnya mengapa negara kita selalu dilanda krisis dan gak pernah maju-maju. Kemudian apa efek dari keserakahan seorang penguasa terhadap masyrakat kita. Pada tanggal 05 februari 2012 Sebuah media lokal Khaliknews.net mengabarkan, seorang pemuda yang melakukan pencambretan dikarenan tidak ada uang untuk membeli obat buat anak semata wayangnya yang lagi sakit. Kejadiannya memang bukan di aceh tapi apakah hal yang sedemikian rupa belum pernah terjadi di tanan rencong, hampir tiap hari kita baca di koran-koran, ibu-ibu jadi kurir ganja karena tidak ada uang untuk membiayai anaknya sekolah, Ngeri bukan. Coba kita renungkan bersama-sama, siapa yang harus kita salahkan ketika kejadiaan semacam ini terjadi di tanah air kita.
Motivator No.1 Indonesia Andrie Wongso dalam bukunya mengatakan, 7 kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimipin agar dia menjadi pemimpin yang unggul, yaitu. pertama, Pemimpin mampu menjadikan segalanya nyata, bukan Cuma janji tapi bukti. kedua, Pemimpin mendengarkan dulu, baru memimpin. ketiga, Pemimpin menjawab pertanyaan dengan jelas dan terarah. keempat, Pemimpin menguasai visinya sehingga mampu bekerja di mana dan kapan saja di segala kondisi. kelima, Pemimpin selalu penuh keingintahuan. keenam, Pemimpin selalu mendengar dari dua sisi. ketujuh,  Pemimpin pasti selalu memiliki persiapan, persiapan, dan persiapan untuk mensejahterakan rakyat, bukan untuk mensejahterakan dirinya. Apakah pemimpin kita sekarang sudah mempunyai ketujuh kriteria tersebut? Ada, tapi jarang, seribu banding seratus, Oleh karena itu, penulis berharap semoga apa yang sudah terjadi semoga tak terulang lagi. So, pada kesempatan yang sangat istimewa ini (pemilukada), pilihlah penguasa kita dengan bijak, teliti dulu sebelum memilih, pilih pemimpin seperti kita pilih boh itek masen (telor asin) syit syedara loen, boh itek asai kateubalot ngoen abe jumpung galoem teunte masen, begitu juga dengan calon-calon pemimpin kita, bek ban ka isok baje lagak, peugah haba bereh, na tooe bacut ngon ulama  kajeut ju kepemimpin keun, begitu juga ulama, sidroe ulama adalah kepercayaan para rasul, dan bila kita temukan mereka telah percaya kepada penguasa, maka curigailah ketakwaan mereka. peugah haba tiong juet, but na. Ladom cit meudroe ih han ek ipimpin, ka iyak pimpin nanggroe. Abu, umi, adun, adoe man bandum, bak but memilih payah neupike 2 goe, bek sampe mehamboe, sayang aneuk cucoe abu/umi.
Dikarenakan pertempuran demokrasi sudah berlangsung beberapa hari, dan waktu pemilihan sudah mendekati, jadi diharapakan kepada rakyat agar benar-benar dalam memilih, jangan terlalu cepat katakan "ya, ya”  kepada calon-calon pemimpin kita. kalau tidak, maka kasus-kasus yang penulis sebutkan diatas ada kemungkinan bisa terulang kembali dan mungkin lebih parah, karena biasanya kejadian kedua kali lebih parah dari kejadin sebelumnya, semoga tidak. Begitu juga kepada calon-calon kandidat, bersiaplah-siaplah untuk dipilih, karena siapa yang menang nanti bakal diminta pertanggung jawaban, baik dunia, lebih-lebih diakhirat dengan Allah SWT. Jadi kalau misalkan tidak sanggup jangan memimpin. Memimpin bukan hal yang mudah dan dapat dibanggakan  tapi menjabat sebagai pemimpin adalah musibah, Umar bin Abdul Aziz, salah seorang Khalifah Dinasti Umayyah yanga arif dan bijaksana, ketika didaulat sebagai Khalifah, kalimat yang pertama kali ia katakan adalah “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, kalimat istirja’ yang diucapkan ketika menerima suatu musibah. Bagi dirinya, jabatan pemimpin (khalifah) bukan suatu anugerah yang harus dibanggakan, melainkan amanah rakyat yang harus ia tunaikan dengan jujur, adil, dan bijaksana. jadi kepada calon-calon pemimpin bersiap-siaplah untuk menanggung amanah yang sangat berat. jika amanah itu sampai alhamdulilah, bila tidak tunggu saatnya tiba, (allah akan mengharamkan sorga baginya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar