PILIHLAH PEMIMPIN YANG KAYA
Kasus
hilangnya khas Aceh Utara yang ratusan milyar, kasus korupsi alat-alat
kedokteran umum, kasus suap wisma atlet yang sekarang lagi panas
diperbincangkan di ibukota, dan masih banyak kasus-kasus yang lain yang tidak
mungkin penulis rincikan disini yang semakin hari semakin bertambah dan
merajalela.
Penulis
mengambil tema “pilihlah pemimpin yang kaya” yang pertama dikarenakan sebentar
lagi kita semua akan ikut memilih calon penguasa kita dan
sangat diharapka untuk tidak salah memilih. Kedua arti pemimpin yang kaya
disini bukan berarti pemimpin kaya akan harta bukan, tetapi maksud kaya disini
adalah kaya akan segalanya, kaya aqidah, banyak ilmu dan harta. Kategori banyak harta disini yaitu hasil dari
jerih payahnya, kekayaan yang berasal dari ie ruoh droe keun dari ie ruoh
rakyat (hasil keringat sendiri bukan hasil keringat rakyat). Dan jika pemimpin
yang kita pilih nantinya benar-benar seorang yang berjiwa penguasa dan have
everything, insyaallah Aceh yang kita cintai ini akan aman. SDM meningkat, pendidikan
mantap, masyarakat akan tentram, syariat dan ibadat lancar. Bek oh takaloen
peumimpin jinoe, bek tapeugaah pejabat tinggi, meu keuchik mantoeng hana toem
deuh umuesjid (kalu kita perhatikan pemimpin sekarang, jangan kita bilang
pejabat tinggi, pak RT saja tidak pernah ke masjid), nauzubillah.
Namun, dikala kekayaannya tidak terjamin, maka
penguasa yang miskin moral ini akan mencuri dan merampas uang rakyat. Percaya
tidak, ini salah satu contoh dari sekian banyaknya kasus-kasus yang dimainkan
oleh pejabat kita saat-saat ini. Kepala dinas kesehatan kota Lhoksemawe
ditetapkan sebagai tersangka atas kasus dugaan korupsi alat-alat kedokteran
umum senilai 4,48 milyar. Dengan logika yang sederhana, apa mungkin pejabat
yang kaya itu mencuri uang rakyat. Semua itu dilakukan karena ada beberapa
faktor, faktor yang yang terutama sekali yaitu hati, hati yang kotor, salat
jarang plus imannya tipis, hasil survei membuktikan 99% orang yang sering
meninggalkan salat cenderung berbohong, Allah saja dibohongin apalagi manusia,
manusia kaya iman tidak pernah melakukan dosa kecil, apalagi dosa besar. Kedua, rayuan kelurga, anak dan istri yang sebelumnya
belum pernah hidup mewah dan dikala suaminya jadi pejabat istrinya kepingin
inilah itulah. Akhirnya, karna sudah kenak rayuan istri (perempuan), yang haram
dijadikan halal yang penting mereka bahagia. Ketiga, hukumnya kurang tegas dan bias dikatakan tidak efisien, di
indonesia hukuman penjara dituntut paling tinggi 20 tahun, dikurangi bayar
denda ditambah remisi jadinya 2 tahun atau 4 tahun bahkan ada yang divonis
bebas dan yang ngeri lagi penjara untuk koruptor hampir
sama kayak hotel, enaknya jadi koruptor. Itulah sebabnya mengapa
negara kita selalu dilanda krisis dan gak pernah maju-maju. Kemudian apa efek
dari keserakahan seorang penguasa terhadap masyrakat kita. Pada tanggal 05 februari
2012 Sebuah media lokal Khaliknews.net mengabarkan, seorang pemuda yang
melakukan pencambretan dikarenan tidak ada uang untuk membeli obat buat anak
semata wayangnya yang lagi sakit. Kejadiannya memang bukan di aceh tapi apakah
hal yang sedemikian rupa belum pernah terjadi di tanan rencong, hampir tiap
hari kita baca di koran-koran, ibu-ibu jadi kurir ganja karena tidak ada uang
untuk membiayai anaknya sekolah, Ngeri bukan. Coba kita renungkan bersama-sama,
siapa yang harus kita salahkan ketika kejadiaan semacam ini terjadi di tanah
air kita.
Motivator No.1 Indonesia ”Andrie Wongso” dalam bukunya mengatakan,
7 kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimipin agar dia menjadi pemimpin
yang unggul, yaitu. pertama, Pemimpin
mampu menjadikan segalanya nyata, bukan Cuma janji tapi bukti. kedua,
Pemimpin mendengarkan dulu, baru memimpin. ketiga, Pemimpin menjawab
pertanyaan dengan jelas dan terarah. keempat, Pemimpin menguasai visinya
sehingga mampu bekerja di mana dan kapan saja di segala kondisi. kelima,
Pemimpin selalu penuh keingintahuan. keenam, Pemimpin selalu mendengar
dari dua sisi. ketujuh, Pemimpin
pasti selalu memiliki persiapan, persiapan, dan persiapan untuk mensejahterakan
rakyat, bukan untuk mensejahterakan dirinya. Apakah pemimpin kita sekarang
sudah mempunyai ketujuh kriteria tersebut? Ada, tapi jarang, seribu banding
seratus, Oleh karena itu, penulis berharap semoga apa yang sudah terjadi semoga
tak terulang lagi. So, pada kesempatan yang sangat istimewa ini (pemilukada), pilihlah
penguasa kita dengan bijak, teliti dulu sebelum memilih, pilih pemimpin seperti
kita pilih boh itek masen (telor asin) syit syedara loen, boh itek asai
kateubalot ngoen abe jumpung galoem teunte masen, begitu juga dengan
calon-calon pemimpin kita, bek ban ka isok baje lagak, peugah haba bereh, na
tooe bacut ngon ulama kajeut ju
kepemimpin keun, begitu juga ulama, sidroe ulama adalah kepercayaan para rasul,
dan bila kita temukan mereka telah percaya kepada penguasa, maka curigailah
ketakwaan mereka. peugah haba tiong juet, but na. Ladom cit meudroe ih han ek
ipimpin, ka iyak pimpin nanggroe. Abu, umi, adun, adoe man bandum, bak but
memilih payah neupike 2 goe, bek sampe mehamboe, sayang aneuk cucoe abu/umi.
Dikarenakan pertempuran demokrasi sudah berlangsung beberapa hari, dan waktu pemilihan
sudah mendekati, jadi diharapakan kepada rakyat agar benar-benar dalam memilih,
jangan terlalu cepat katakan "ya, ya”
kepada calon-calon pemimpin kita. kalau tidak, maka kasus-kasus yang
penulis sebutkan diatas ada kemungkinan bisa terulang kembali dan mungkin lebih
parah, karena biasanya kejadian kedua kali lebih parah dari kejadin sebelumnya,
semoga tidak. Begitu juga kepada calon-calon kandidat, bersiaplah-siaplah untuk
dipilih, karena siapa yang menang nanti bakal diminta pertanggung jawaban, baik
dunia, lebih-lebih diakhirat dengan Allah SWT. Jadi kalau misalkan tidak
sanggup jangan memimpin. Memimpin bukan hal yang mudah dan dapat
dibanggakan tapi menjabat sebagai
pemimpin adalah musibah, Umar bin Abdul Aziz, salah seorang Khalifah Dinasti Umayyah yanga arif dan
bijaksana, ketika didaulat sebagai Khalifah, kalimat yang pertama kali ia
katakan adalah “inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”, kalimat istirja’
yang diucapkan ketika menerima suatu musibah. Bagi dirinya, jabatan pemimpin (khalifah)
bukan suatu anugerah yang harus dibanggakan, melainkan amanah rakyat yang harus
ia tunaikan dengan jujur, adil, dan bijaksana. jadi kepada calon-calon pemimpin
bersiap-siaplah untuk menanggung amanah yang sangat berat. jika amanah itu
sampai alhamdulilah, bila tidak tunggu saatnya tiba, (allah akan mengharamkan
sorga baginya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar